SANG PENONTON DI KEDAI SENJA

SANG PENONTON DI KEDAI SENJA
alt_here

SANG PENONTON DI KEDAI SENJA
Tentang kedai dan senja wadidaw

Di sudut senja yang diguratkan cangkir kopi, seorang manusia bersandar pada asap dan asumsi, menyusun mahkota dari bisik-bisik angin, tanpa menjamah medan, tanpa luka, tanpa jejak. Ia duduk—di luar pagar yang tak pernah ia pijak, namun lidahnya mengukur luas taman yang belum dilihat. Seakan semesta bersedia tunduk pada wacana yang diseduh dari jarak.

Apakah aku yang gila, menuntut hikmah hanya dari yang turut berkeringat, Ataukah zaman ini telah menukar keberanian dengan keberisikan yang berdebu di keramaian Aku bertanya pada bayang sendiri: adakah nilai dari pendapat tanpa pengorbanan, Apakah kebenaran lahir dari suara terbanyak, atau dari mereka yang mengerti rasa hening di tengah ribut badai?

Wahai engkau yang gemar berbicara dari luar pagar, tahukah engkau bahwa rumah yang kau nilai retak dibangun dengan darah dan sabda, ditegakkan dengan gelisah dan doa, bukan dengan teori yang mabuk di udara, Aku bukan preman. Tapi aku pernah menggenggam lelah yang tak bisa dijelaskan dengan kata, dan dari situlah aku tahu: tak semua yang diam berarti tak tahu, tak semua yang keras berarti kuat.

Lalu kutinggalkan kedai itu dalam diam, bukan karena kalah, tapi karena tidak semua medan layak diperangi dengan kata-kata. Ada perang yang hanya dimengerti oleh mereka yang pernah kehilangan. Dan barangkali, di akhir waktu, bukan suara paling nyaring yang abadi— tapi kejujuran yang tak sempat diteriakkan. Ia tinggal di dada, berdenyut dalam sunyi, seperti doa yang tak pernah jadi puisi.

Memberi yang terbaik untuk yang terbaik, Marilmu Dot Marepeng - Semua dimulai dari 1 dan semua tentang pilihan anda.

Ahmad ismail al malik
TOKEN UNLIMITED
🙈Tunggu🙉 - 🔥🔥 15 🔥🔥

Post a Comment

Sopan Dan Santun