
Tentang sebuah perenungan tentang waktu, kebebasan, dan keberanian jiwa
Di lorong waktu yang tak bertepi, banyak jiwa berjalan setengah tidur, mengulang hari yang sama seperti jam pasir yang lupa terbalik, hingga debu-debunya mengubur mimpi sendiri. Mereka tersihir oleh ritual pagi, secangkir kopi, dan tatapan kosong ke cermin yang tak lagi mencerminkan tanya, melainkan kebiasaan yang dijadikan takdir, dengan nama samaran: "kenyamanan."
Apakah hidup hanya sebuah lingkar tempat kaki berputar di poros yang sama, hingga napas pun menjadi nyanyian mesin dan detak jantung tak lebih dari gema kalender, Wahai manusia, engkau bukan rantai dari roda waktu, engkau adalah percikan api dari langit sunyi yang diberi hasrat untuk melampaui.
Tetapi mengapa engkau pasrah pada kursi empuk yang mengeram keberanianmu, pada meja kerja yang menuliskan takdirmu dengan tinta pengulangan, Tak lelahkah engkau memeluk bayang-bayang hari kemarin, sambil berpura-pura itu cinta.
Zona nyaman bukan rumah, ia adalah sangkar yang dilapisi emas ilusi, dan setiap kenyamanan yang tak kau pertanyakan adalah ketakutan yang berkedok kedamaian. Berontaklah, wahai jiwa yang merindukan makna! Robek kalender yang membungkam suaramu, tanyakan kembali pada senyap apa arti hidup yang tak bergerak.
Karena hidup sejati adalah luka yang mau diselami, tanya yang tak butuh jawaban pasti, dan keberanian untuk menari di tengah angin takdir yang belum tentu ramah. Maka pergilah, meski dunia berteriak “jangan berubah.” Pergilah menembus batas dirimu sendiri, karena hidup hanya satu, dan tak ada yang lebih mengerikan dari mati perlahan di dalam hidup yang tak pernah benar-benar kau pilih.
Memberi yang terbaik untuk yang terbaik, Marilmu Dot Marepeng - Semua dimulai dari 1 dan semua tentang pilihan anda.
Ahmad ismail al malik