Wahai hati, penghuni senyap di relung terdalam, mengapa engkau gemetar seperti dedaunan di musim gugur, Padahal langit telah menyulam malam dengan benang kelembutan, Dan Tuhan dengan kasih-Nya yang abadi telah membentangkan ranjang waktu agar engkau bisa rebah dari letih yang tak bernama.
Namun engkau, seperti mata air yang terus memancar dari batu, mengalir tanpa arah, memintal tanya demi tanya yang tak kunjung menemukan jawabnya. Apakah dunia ini terlalu sempit bagi luasnya rindumu? Apakah pikiranmu ibarat angin di padang—tak pernah diam, mengejar makna dari bayang-bayang yang bahkan tak tahu mereka ada?
Engkau ingin tidur, namun matamu terbuat dari sepasang cermin yang memantulkan seluruh wajah semesta retak, kacau, tak selesai. Tanyakanlah pada malam: untuk siapa ia hadir, jika bukan untuk menjadi selimut bagi jiwa-jiwa patah? berapa luka harus disembunyikan agar senyummu tak menjadi topeng kelelahan?
Dan tanyakanlah pada dirimu: apa yang sesungguhnya engkau cari kedamaian, makna, atau pelukan yang bisa memeluk sampai ke sumsum eksistensi? Barangkali engkau adalah Adam yang kehilangan Hawa-nya, atau sebatang lilin yang terus menyala hanya untuk menerangi luka-lukanya sendiri.
Wahai hati, di dunia yang sibuk menjual ilusi, barangkali kegelisahanmu adalah satu-satunya kejujuran yang masih kau miliki. Tidurlah bukan untuk melupakan, tapi untuk merawat luka-luka yang telah terlalu lama berdialog dengan sunyi. Dan bila esok datang, datanglah pula dengan langkah yang tenang sebab mereka yang bertanya dalam malam adalah mereka yang paling dekat dengan jawaban Tuhan.
Memberi yang terbaik untuk yang terbaik, Marilmu Dot Marepeng - Semua dimulai dari 1 dan semua tentang pilihan anda.
Ahmad ismail al malik
